Skripsi merupakan bagian akhir dalam sebuah proses perkuliahan. Bisa dibilang skripsi merupakan kunci keluar untuk memperoleh suatu gelar kesarjaanaan maupun gelar pendidikan yang lainnya.
Kalau di sekolah tingkat dasar dan menengah, skripsi bisa disebut juga sebagai ujian akhir nasional. Hanya yang membedakan, skripsi disusun atas sebuah fenomena atau permasalahan yang timbul.
Bobot skripsi dalam satuan kredit semester (SKS) cukup besar,yaitu 4 (empat) SKS. Jadi bisa dibayangkan jika dalam semester terakhir sisa SKS yang ditempuh hanya 16 SKS, berarti seperempat dari nilai semester terakhir kita dipertaruhkan pada skripsi.
Awal mendengar kata srkipsi,sebagian besar mahasiswa langsung mengerutkan kening, tak terkecuali aku. Mahasiswa bingung untuk membahas fenomena apa. Dosen pun sudah berteriak lancang “penelitian yang kalian buat harus inovatif dan kreatif, beda dengan kakak tingkat kalian yang terdahulu”. Sayangnya itu hanya teori, ya sebuah teori yang sangat dimunafikkan.
Proses penyusunan sebuah skripsi haruslah dilandasi pada sebuah penelitian terdahulu. Ingat, penelitian terdahulu. Jadi kesimpulan sementaranya, jika skripsi kita belum pernah diteliti oleh peneliti terdahulu maka bisa dianggap lelucon belaka.
Sebagian besar skripsi alumni dari universitas manapun dari tahun sekarang hingga sepuluh tahun kebelakang intinya hamper sama. Boleh dibilang sama, karena yang membedakan hanya pada obyek penelitiannya saja. Katakanlah pada tahun sekarang “Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan pada supermarket X”, dari skripsi tahun lalu “Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan pada supermarket Y”. Kreatif ? iya, Cuma beda obyek. Inovatif ? I don’t think so..
Bagiku skripsi adalah pengaminan atas sebuah teori atau penelitian yang sudah ada. Ibarat sebuah puzzle,skripsi hanyalah menyusun ulang susunan puzzle yang dipecah-pecah. Tapi tetap ada contoh jadi puzzle yang sudah jadi. Surprise ? kalo anak taman kanak-kanak sih iya. Tapi untuk selevel “mahasiswa” masa ya surprise ? kan sudah ada gambar hasil akhirnya. Tinggal merangkai ulang susunannya yang terpecah-pecah.
Menghasilkan sesuatu yang beda dalam skripsi adalah sebuah hal yang sedikit impossible. Bukan levelnya output sebuah skripsi menjadi sebuah hal yang “inovatif”,kecuali untuk penelitian dengan output suatu kebendaan fisik.
Jadi bagi rekan-rekan mahasiswa yang akan dan sedang menyelesaikan skripsinya tidak perlu takut. Dalam skripsi kita hanya perlu berpikir pada BAB 1 untuk Latar Belakang. Selanjutnya ? semua sudah ada pada penelitian kakak tingkat,jurnal,teori pendukung,dan lain sebagainya. Tinggal mencuplik dan menyertakannya pada daftar pustaka.
Level kita sebatas pada itu saja. Untuk inovasi lebih baik dilakukan diluar track kependidikan. Yang terpenting kita lulus dulu, inovasi dan ide gila experimental kita tuangkan saja pada kesempatan yang tidak mempengaruhi nilai dan subjektivitas hal tertentu.
Bisa dibilang tulisan ini controversial, apapun peniliannya semua kembali ke masing-masing pihak. Bisa diamini bisa juga disangkal. Bravo Indonesia !!!
Comments