Skip to main content

Berimanijasi : Menciptakan Kesejahteraan Tanah Kelahiran


Alhamdulillah saya terlahir dari keluarga yang berkecukupan, setidaknya saya dan adik tidak merasakan putus sekolah dan bisa bersekolah hingga ke perguruan tinggi. Sebuah kesempatan yang mungkin tidak ditemui oleh beberapa anak bangsa Indonesia lainnya.

Sekolah memang tidak murah, karena dalam prosesnya banyak kebutuhan yang setidaknya harus kita miliki. Namun bukan berarti sekolah tidak bisa dijangkau oleh golongan tidak mampu, karena pada kenyataanya banyak pemimpin bangsa yang terlahir dari golongan tidak mampu dimasanya. Jika diambil garis merah diantara keduanya, niat dan tekad adalah kunci utamanya. Sayangnya mempertemukan tekad dan niat dalam satu jiwa inilah yang tidak mudah. Keterbatasan wawasan dan motivasi menjadi tembok besar penghalangnya. 

Kondisi tersebut diatas sangat mirip sekali dengan di negara kita, upsss saya perkecil kembali menjadi daerah tempat saya tinggal di Kabupaten Blora. Secara sumber daya alam, tanah kelahiranku ini sangat kaya dengan hutan jati, minyak dan gas bumi. Bahkan kabupaten ini lebih terkenal dengan nama salah satu kecamatannya yaitu Cepu. Karena di kecamatan tersebut terdapat blok minyak dengan nama Blok Cepu. Saat ini bahkan sudah mulai dieksplorasi sumber daya gas di daerah Sumber (nama sebuah daerah). Namun secara kualitas sumber daya manusia secara umum cukup rendah. Menurut hasil survey dari BPS Kab Blora yang diolah oleh Pusdatinaker pada tahun 2011, komposisi pendidikan penduduk Blora adalah 58,84% hanya lulusan SD. Rendahnya tingkat pendidikan tentunya berbanding lurus dengan kualitas kehidupan penduduknya. Sebuah kondisi yang cukup memprihatinkan yang perlu dukungan bersama untuk mengubah keadaan.

Sebuah imajinasi ideal yang selalu menjadi buah bibir calon pemimpin yang akan maju dalam pentas demokrasi selalu menjanjikan pentingnya sebuah kesejahteraan. Padahal tidak ada hal yang instan terjadi dalam proses mengubah sebuah sejarah. Sejarah akan berubah seiring dengan berubahnya budaya hidup sebuah kelompok. Dan budaya hidup sebuah kelompok akan tercipta seiring dengan kualitas pendidikan penduduknya. Sehingga kuncinya adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan masyarakatnya.

Idealnya, sebuah daerah dengan potensi alam yang besar memiliki daya tawar yang tinggi. Paling tidak pemerintah bisa mengupayakan CSR perusahaan pengelola sumber daya alam daerahnya untuk memberika kontribusi terhadap kualitas pendidikan penduduknya. Kami yakin dengan nilai tawar yang kuat, pendidikan gratis hingga SMA tidak mustahil akan terwujud. Mengapa demikian ?

1. Pemerintah pusat telah mencanangkan wajib belajar 9 tahun, artinya pendidikan akan sangat terjangkau oleh seluruh penduduk hingga tingkat SMP. 

2. Sekarang tinggal yang SMA nya, nah yang SMA ini pemerintah daerah bisa mengolaborasikan dengan pemerintah pusat dan masyarakat mampu untuk mendukung program wajib belajar hingga SMA. Hanya menambah 3 tahun. Setahu saya program beasiswa pemerintah pusat juga ada untuk level SMA. Jadi apa lagi alasan untuk tidak melanjutkan pendidikan hingga SMA ?

3. Plus, saat ini pemerintah juga memiliki program Bidikmisi. Yaitu sebuah program beasiswa kuliah untuk siswa tidak mampu. Memang yang berat adalah ketika beasiswa ini belum keluar. Biasanya beasiswa ini keluar setelah 3-6 bulan setelah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi. Namun ternyata hal tersebut juga bisa diatasi, kok bisa ?

a. Biaya hidup rata2 mahasiswa sekitar 500.000/bulan, plus kos sekitar 700.000 - 800.000/bulan. Sekarang kita cari 40 orang untuk donasi 20.000/bulan, terkumpul 800.000/bulan. Oke kalau susah cari donasi dari umum, dalam satu kabupaten ada berapa PNS nya ? andaikata ada 2000 orang, jika menginfakkan 20.000/bulan akan terkumpul 40.000.000/bulan. Artinya sudah ada 50 anak yang bisa kuliah bukan ? Dan ingat bantuan ini akan putus setelah beasiswa Bidikmisi keluar. Artinya selama 9 bulan kedepan pemerintah akan memiliki tabungan 40.000.000 x 9 bulan = 360.000.000 untuk tahun ajaran baru berikutnya, sehingga di tahun berikutnya bisa membantu 450 anak kuliah. Subhanalloh, Allohu Akbar !! Belum lagi dari Anggaran APBD dan CSR. Tak adalagi alasan anak Blora tidak kuliah. Bahkan anak Indonesia !

b. Pemerintah daerah agar memasukkan kurikulum tambahan berupa wirausaha, sehingga sejak SMP - SMA mendapat mata pelajaran wirausaha. Ini akan menjadi modal penting bagi siswa untuk memperoleh kemandirian dirinya dan keluarga, serta menjadi modal ketika akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Jadi ketika nanti akan kuliah, siswa tidak mampu tidak perlu bingung untuk memikirkan uang tambahan untuk memenuhi kebutuhannya. Melalui kurikulum tersebut pemerintah daerah memberikan pinjaman modal tanpa bunga kepada siswa. Secara keamanan pasti aman, karena ada monitoring dari gurunya. Pemerintah juga bisa menggandeng dinas UMKM untuk berkolaborasi.

Wahhh,,,betapa luar biasanya jika hal tersebut bisa terwujud. Tidak ada orang bodoh, tidak ada lagi orang menganggur, janji meningkatkan kesejarhteraan pun terwujud. Mungkin jika ini dilakukan dan tidak ada Undang-Undang yang membatasi seorang pemimpin hanya bisa dipilih maksimal dua periode, mungkin si pemimpin daerah akan menjadi pemimpin selamanya karena programnya luar biasa :D 

Saat ini mungkin masih sebatas imajinasi, namun ini menjadi tanggung jawab moral bersama sebagai wujud pengabdian untuk negeri.






Comments

Popular posts from this blog

Serunya Kuliah di Politeknik

Tak semua orang tahu tentang politeknik. Institusi pendidikan di bawah naungan Dirjen Dikti memang tergolong masih cukup baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pada dasarnya Politeknik serupa dengan Akademi, namun politeknik lebih heterogen disiplin ilmunya. Di Indonesia ada beberapa politeknik negeri dan swasta. Untuk politeknik negeri biasanya merupakan hasil proyek kerjasama pemerintah Swiss dan Australia dengan Indonesia. Ciri khas khususnya adalah latar belakang mereka yang dahulu bernama sama dengan universitas tempat politeknik didirikan, namun dengan berbagai pertimbangan nama universitasn yang melekat pun dihapus, diantaranya : 1. Politeknik UNDIP yang berubah menjadi Politeknik Negeri Semarang (PoliNes). 2. Politeknik ITB yang berubah menjadi Politeknik Negeri Bandung (Polban). 3. Politeknik UNIBRAW yang berubah menjadi Politeknik Negeri Malang (PoliNema). 4. Politeknik UI yang berubah menjadi Poiteknik Negeri Jakarta (PNJ). 5. Dan lain sebagainya.

Skripsi = Merangkai Puzzle

Skripsi merupakan bagian akhir dalam sebuah proses perkuliahan. Bisa dibilang skripsi merupakan kunci keluar untuk memperoleh suatu gelar kesarjaanaan maupun gelar pendidikan yang lainnya. Kalau di sekolah tingkat dasar dan menengah, skripsi bisa disebut juga sebagai ujian akhir nasional. Hanya yang membedakan, skripsi disusun atas sebuah fenomena atau permasalahan yang timbul. Bobot skripsi dalam satuan kredit semester (SKS) cukup besar,yaitu 4 (empat) SKS. Jadi bisa dibayangkan jika dalam semester terakhir sisa SKS yang ditempuh hanya 16 SKS, berarti seperempat dari nilai semester terakhir kita dipertaruhkan pada skripsi. Awal mendengar kata srkipsi,sebagian besar mahasiswa langsung mengerutkan kening, tak terkecuali aku. Mahasiswa bingung untuk membahas fenomena apa. Dosen pun sudah berteriak lancang “penelitian yang kalian buat harus inovatif dan kreatif, beda dengan kakak tingkat kalian yang terdahulu”. Sayangnya itu hanya teori, ya sebuah teori yang sangat dimun

For My Country - BPJS Kesehatan (Collecting Iuran 1)

Sistem Collecting Iuran BPJS Kesehatan Semenjak bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan, model collecting iuran sangat berubah. Dahulu pada jaman PT. ASKES fokus collecting iuran hanya pada sektor pemerintahan dan institusi, sedangkan pada jaman BPJS Kesehatan cakupannya menjadi sangat luas dan retail. Luasnya cakupan sektor collecting iuran ini bahkan hingga level semua individu per jiwa, dimana semua warga negara Indonesia nantinya diwajibkan menjadi peserta BPJS Kesehatan. Bagi duta BPJS Kesehatan (sebutan bagi karyawan / karyawati) ini merupakan tantangan yang sangat besar. Bahkan kami telah mencoba perbandingan dengan institusi dari dalam maupun luar negeri, namun belum menemukan yang identik sama. Besarnya tantangan ini membuat kami semakin solid dan harus selalu berpikir kreatif dan inovatif dalam mengembangkan strategi collecting iuran. Ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam collecting iuran BPJS Kesehatan : Masih rendahnya informasi dan karakter masy