Rasanya sayang sekali jika hidup
kita hanya habis dengan berbagai kesibukan kerja, nilai kita hanya tercurahkan
pada sesuatu hal padahal sebenarnya kita mampu memberikan nilai lebih pada sisi
kehidupan lainnya.
Setelah bersama-teman mendirikan
Yayasan Alsa Peduli (Alumni SMA Peduli) pada tahun 2012, kami tidak berpuas
diri. Tiga program unggulan seperti pendidikan, wirausaha, dan sosial berjalan
cukup baik hingga saat ini.
Bagi kami tidak pernah ada kata
cukup untuk berbuat baik. Pendidikan masih menjadi kunci dan fokus utama dalam
program kami. Belajar dari pengalaman selama 4 tahun terakhir, ada sisi kosong
yang masih belum banyak diisi oleh berbagai pihak sehingga masih menyisakan
kekhawatiran dan beban bagi generasi muda tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan
hingga ke perguruan tinggi. Apakah itu ? Mari kita bahas satu persatu !
1 a. Tempat
Tinggal
Bagaimanapun
tempat tinggal adalah elemen utama yang harus ada ketika seseorang melanjutkan
ke perguruan tinggi. Kita tahu bahwa perguruan tinggi itu hanya ada di kota
besar dan mahasiswanya datang dari segala penjuru negeri. Sebagaimana hukum
ekonomi, factor demand & supply
berlaku dalam elemen tempat tinggal ini.
Hasil survey
pada beberapa mahasiswa di berbagai perguruan tinggi diberbagai kota besar, unsur
biaya tempat tinggal menyita minimal 30% dari total biaya hidup. Bahkan hal
tersebut bisa lebih tinggi apabila harus melanjutkan kuliah di perguruan tinggi
di ibukota negara (Jakarta).
2 b.Biaya
Hidup
Elemen biaya
terbesar kedua setelah biaya tempat tinggal adalah biaya hidup (makan,
akomodasi, dan biaya tidak terduga). Kondisi ekonomi negara secara tidak
langsung memiliki keterkaitan langsung atas biaya hidup mahasiswa Indonesia.
Tentunya apabila harga bahan pokok naik akan mempengaruhi kenaikan harga jual
makanan kepada mahasiswa. Pedagang makanan tetap butuh untung kan ?
Walaupun bisa
diatur strateginya entah itu mahasiswa puasa senin kamis, puasa nabi daud
(sehari makan sehari tidak), makan hanya mie instan, dan lain-lain. Tetap saja
hal tersebut tetap menyisakan kekhawatiran bagi mereka dari golongan tidak
mampu.
3 c. Dukungan
moral
Lepas dari
hal-hal yang berunsur materiil, dukungan immaterial (dukungan moral) juga
sangat dibutuhkan oleh mahasiswa manapun, baik itu dari keluarga mampu maupun
tidak mampu.
Layaknya pepatah
“makin tinggi pohon, makin kencang terpaan anginnya”terjadi pada dunia
mahasiswa. Tidak sedikit mahasiswa dimanapun belahan dunia ini sangat rawan
dengan depresi. Depresi ini biasanya timbul karena ada rasa sungkan dan tidak
tahu mau berbagi kemana atas masalah mereka.
Dan sayangnya
tiga permasalahan tersebut sangat jarang disolusikan. Mengapa begitu ? Karena
banyak yang berpikir bahwa diperlukan biaya yang sangat besar untuk
mewujudkannya.
Bagi kami tidak
demikian. Permasalahan tersebut tidak mutlak memerlukan biaya besar untuk
pemecahannya. Ingat negara ini memiliki nilai luhur bangsa yang bernama
gotong-royong. Negara ini merdeka dan mampu lepas dari 3,5 abad penjajahan negara asing karena nilai
gotong-royong dan semangat juang yang tinggi. Apakah kita merdeka karena
memiliki persenjataan canggih ? Sama sekali tidak !
Atas dasar hal
itulah Yayasan Alsa Peduli di tahun 2016 ini mencanangkan program baru bernama
Toga Anak Indonesia. Program ini berlandaskan ada prinsip subsidi. Jadi sangat
berbeda dengan program yang saat ini telah berjalan dan memerlukan biaya
tinggi.
Mengapa subsidi
? Seperti yang kami sampaikan sebelumnya adalah kami mengisi sisi kosong yang
belum diberikan oleh banyak pihak. Pemerintah melalui DIKTI telah menyalurkan
trilyunan beasiswa Bidikmisi. Namun dalam unsur beasiswa itu belum mencakup
biaya tempat tinggal dan biaya hidup. Dan bagi kami itu tidak masalah, karena
bidikmisi tersebut mencakup biaya pendidikan selama di perguruan tinggi.
Program Toga
Anak Indonesia ini sangat simple sekali dan gotong royong adalah kuncinya. Pada
program ini mahasiswa tidak dibebaskan dari biaya sewa rumah. Mereka tetap
membayar biaya sewa rumah, namun jauh lebih murah dari biaya umum. Selain itu
mereka juga tidak diberi makan gratis, mereka tetap harus mengeluarkan biaya
konsumsi dan lain-lain, namun jauh lebih murah karena kami menyediakan peralatan
masak (minimal magicom) pada asrama kami. Dan yang tidak kalah penting kami
juga menyediakan program pendampingan untuk menguatkan mereka apabila ada
masalah.
Apakah mahal ?
Tidak sebesar yang anda bayangkan. Kapan lagi kita merasa memiliki arti dengan
berbagi ? Siapapun anda dan apapun profesinya bisa tetap merasakan manisnya
berbagi. It’s very priceless !
Mau ikut
bergabung untuk menyukseskan program ini ? Silahkan sampaikan donasi anda di
rekening Yayasan Alsa Peduli di BNI nomor 464620006. Atau bahkan ingin memberikan kritik dan saran, serta men-copy
paste di daerah anda silahkan kunjungi togaanakindonesia.org
Comments